Soil Formation and Classification USDA

Soil Formation and Classification

The National Cooperative Soil Survey identifies and maps over 20,000 different kinds of soil in the United States. Most soils are given a name, which generally comes from the locale where the soil was first mapped. Named soils are referred to as soil series.
Soil survey reports include the soil survey maps and the names and descriptions of the soils in a report area. These soil survey reports are published by the National Cooperative Soil Survey and are available to everyone.
Soils are named and classified on the basis of physical and chemical properties in their horizons (layers). “Soil Taxonomy” uses color, texture, structure, and other properties of the surface two meters deep to key the soil into a classification system to help people use soil information. This system also provides a common language for scientists.
Soils and their horizons differ from one another, depending on how and when they formed. Soil scientists use five soil factors to explain how soils form and to help them predict where different soils may occur. The scientists also allow for additions and removal of soil material and for activities and changes within the soil that continue each day. Continue reading

KEADAAN IKLIM DI SUMATERA SELATAN

KEADAAN IKLIM DI SUMATERA SELATAN

Iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode yang panjang. Sedangkan cuaca merupakan keadaan atmosfer pada suatu saat. Ilmu yang mempelajari iklim adalah klimatologi. Meteorologi mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi didalam atmosfer terutama pada lapisan bawah (troposfer)

Musim yang terdapat di Sumatera Selatan sama seperti umumnya yang terjadi di Indonesia, hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari asia dan Samudra Pasifik terjadi musim hujan.Keadaan seperti itu setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – Nopember. Continue reading

Peranan Iklim untuk Pariwisata

Peranan Iklim untuk Pariwisata

Faktor cuaca dan iklim berpengaruh pula terhadap bidang pariwisata. Seperti cuaca cerah, banyak cahaya matahari, kecepatan angin, udara sejuk, kering, panas, dan sebagainya sangat mempengarui terhadap pelaksanaan wisata, baik wisata darat maupun laut. Dengan kondisi seperti yang telah disebutkan, maka pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati.

Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi agenda pembangunan nasional dalam rangka mengembangkan pola pembangunan yang tahan terhadap dampak perubahan iklim dan gangguan anomali cuaca yang terjadi saat ini dan antisipasi dampaknya ke depan. Tujuan jangka panjang dari agenda adaptasi perubahan iklim di Indonesia adalah terintegrasinya adaptasi perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan nasional. Saat ini, Indonesia yang sudah rentan terhadap resiko bencana alam, seperti banjir, longsor, erosi, badai tropis, dan kekeringan, akan menghadapi resiko yang lebih besar lagi ke depan akibat perubahan iklim. Apabila langkah-langkah penanganan yang konkret tidak segera dilaksanakan, maka target-target Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) untuk bidang-bidang yang berkaitan dengan kemiskinan, kelaparan, dan kesehatan akan sulit dicapai. Bahkan, ada kemungkinan, target-target pembangunan yang telah tercapai selama puluhan tahun ini, juga terancam Oleh karena itu, agenda adaptasi perubahan iklim harus diimplementasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi. Pembangunan yang hanya mementingkan pencapaian tujuan ekonomi semata tanpa memperhatikan kelestarian alam akan menambah kerentanan Indonesia  terhadap perubahan iklim. Continue reading

TERAPAN IKLIM PADA KEHIDUPAN

TERAPAN IKLIM PADA KEHIDUPAN

Iklim merupakan factor peubah bebas lingkungan yang berpengaruh langsung pada setiap kegiatan dipermukaan tanah. Kadang kala keterbatasan data iklim menyebabkan kejadian luar biasa (banjir secara tiba-tiba) sukar diramalkan secara tepat. Curah hujan yang sering terjadi berkepanjangan, kadang kala tidak dianggap sebagai ancaman, tetapi hujan berintensitas tinggi yang terjadi dalam rentang waktu cukup lama (terutama didaera hup-land) harusdicermati. Apalagi tapak berada di kawasan berlereng, maka penetapan pintu air yang secara aman apat melancarkan drainase dan pembuangan air, mutlak masuk ke dalam petimbangan. Disamping itu, pencermatan terhadap usaha- usaha pengawetan tanah dan air di daerah atasan (up-land) menjadi bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan perencanaan. Continue reading

Apakah yang dimaksud dengan tradewind?

3. Apakah yang dimaksud dengan tradewind?

Tradewind atau angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan. Continue reading

Apa pengaruh lapisan inversi terhadap pencemaran udara ?

  1. Apa pengaruh lapisan inversi terhadap pencemaran udara ?

Pencemaran udara dapat dikatakan sebagai kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak property atau keadaana dimana masuknya zat-zat beracun ke dalam atmosfer yang sangat merugikan dan berbahaya bagi kehidupan manusia atau hewan, merusak harta milik dan tanaman. Continue reading

Dapatkah hujan es terjadi didaerah tropis?

1. Dapatkah hujan es terjadi didaerah tropis?

Hail hanya akan terbentuk pada awan cumulonimbus (Cb) yang topnya melewati freezing level (ketinggian dimana suhu udaranya 0o C atau sekitar 16.000 kaki di wilayah Indonesia). Untuk terjadinya Cb kondisi udara (cuaca) harus mendukung dengan labilnya lapisan udara sehingga mudah terjadi proses konveksi ditambah harus ada suplai uap air yang cukup sehingga massa udara yang terangkat oleh proses konveksi mengandung uap air yang banyak dan akan mempermudah terbentuknya awan cumulus yang berkembang menjadi awan Cb. Continue reading

HUBUNGAN TIMBAL BALIK MANUSIA DENGAN ALAM

HUBUNGAN TIMBAL BALIK MANUSIA DENGAN ALAM

Interaksi manusia dengan lingkungannya yang sudah terjalin sejak ribuan tahun menghasilkan sejumlah bentuk strategi adaptasi. Pada awalnya manusia bertahan dengan strategi adaptasi pengumpul-berburu, kemudian dilanjutkan dengan perladangan-perkebunan, seterusnya dengan peternakan. Setelah itu berkembang pertanian intensif, dan strategi yang terakhir adalah dengan cara kehidupan industri. Strategi perladangan-pekebunan sering dianggap sebagai awal dari peradaban, karena manusia mulai menandai wilayah yang dipakai dan dimiliki bagi kelangsungan hidupnya. Manusia tidak merubah bentang alam (lingkungan) di tahap berburu-meramu, namun mulai merubah dalam skala kecil di tahap perladangan, serta peternakan. Pada bentuk strategi adaptasi kedua perubahan bentang alam sedikit terjadi dan ada keterbatasan oleh musim. Pada tahap pertanian intensif manusia mulai merubah lingkungan dan memanfaatkan prinsip grafitasi untuk mendistribusikan air melalui sistem irigasi. Keterbatasan oleh musim membuat manusia mampu menandai saat menanam yang tepat dengan melihat pada posisi bintang seperti Orion. Saat produksi pangan bisa dismpan dan saat proses produksi-distribusinya terkendali maka kotapun lahir. Pembangunan kota sering merubah bentang alam dan bertujuan melawan pembatasan dari musim. Pada strategi adaptasi manusia yang terakhir yaitu industri manusia sudah bisa mengurangi keterbatasan dari musim dan iklim. Namun kota dan industri sudah meninggalkan proses alamiah dan mematikan indera manusia dalam interaksinya dengan lingkungan. Manusia mampu menerapkan informasi melalui rencana dan blue print-nya untuk produksi-distribusi, namun mengabaikan faktor penentu dari lingkungan. Faktor penentu ini adalah iklim dan keadaan topografis dari lokasi kegiatan industrinya. Continue reading

Soil Classification Key FAO

HISTOSOLS (HS)
Soils having a histic or folic horizon
either
a. 10 cm or more thick from the soil surface to a lithic or paralithic contact
or
b. 40 cm or more thick and starting within 30 cm from the soil surface
and
lacking an andic or vitric horizon starting within 30 cm from the soil surface Continue reading

Soil Physical Properties

Sifat Fisik Tanah